Friday, December 30, 2011

..uang..

By unknown


Kisah uang Rp 1000 dan Rp 100.000: Uang Rp 1000 dan Rp 100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia... pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar dimasyarakat.


Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tdk sengaja di dalam dompet seorang pemuda. Kemudian diantara kedua uang tsb terjadilah percakapan yg Rp 100.000 bertanya kepada yang Rp 1000; "Kenapa badan kami begitu lusuk, kotor dan bau amis...?" dijawablah olehnya" karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan orang-orang bawahan dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis"


Lalu Rp.1000.bertanya balik pada Rp 100.000; "Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?" dijawabnya; "Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnyapun di restauran mahal, di mall dan juga hotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu di jaga dan jarang keluar dari dompet"


lalu Rp 1000 bertanya lagi; "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah? "Dijawablah... "Belum pernah". Rp 1000 pun berkata lagi; "Ketahuilah walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap Jum'at /minggu aku selalu mampir di MESJID,GEREJA,KLENTENG,VIHARA dan ditangan anak-anak yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang manusia bukan sebuah nilai tapi yang dipandang adalah sebuah manfaat...


"Akhirnya menangislah uang Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tdk begitu bermanfaat selama ini. jadi....Bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda itu.karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong....

..santai.ajah..

"jika kamu terlalu peduli apa kata orang tentang diri mu, bersantailah...

karena mereka pun sedang berpikir, apa kata orang lain tentang dirinya" :o)

..tanyaku.pada.bambu..

By Dee

Dari manakah kelahiran?

Bertahun lalu aku melihatnya

dalam tunas bambu muda

yang bergerak tinggi setiap hari

dan kini tak serupa lagi

ke manakah kelahiran?

kemarin aku mendengarnya

lewat gesekan daun bambu tua

yang terus bernyanyi untuk angin

hingga meranggas dalam bisu tak bergerak lagi

Di manakah kelahiran

Hari ini aku mengengamnya

lewat kering kuning daun bambu mati

yang ketat memeluk putih bulir ketan

sampai akhirnya terbelah pisau dan gigi

setiap hari raya tiba

Mau ke manakah kelahiran?

esok lusa aku menatapnya

dalam cabikan daun bambu dan ketan

ditelan tanah hitam

yang mengawinkan keduanya lagi

dalam hubungan tanpa hieraki

Masih adakah kelahiran?

aku hanya mampu mengenangnya

lewat jasad daun bambu yang menghadiahkan hara

demi gemburnya si pucuk muda

yang ingin tinggi

ingin menyanyi

hingga ranggas nanti

dan disini aku

raguku akan perubahan

gentarku akan kematian

pertanyaan sia-sia ku

pada rerimbun bambu yang tak pernah tetap

di manakah keabadian?

lewat daun bambu terakhir

dari batang bambu terakhir

yang tak berahasia

yang tak pernah merenung apa-apa

kuketahui jantung ini didegupkan kelahiran

perunahan

kematian

bersamaan

bergantian

tanpa jeda

tanpa tanya

bambu tahu

dalam setiap rupa

suara

jejak hidupnya

degup itulah satu alasan ia ada

sebagaimana semua

yang bersebab dan berakibat

termasuk bambu dan aku

Tuesday, December 27, 2011

..r.i.m.b.a..a.m.o.n.i.o.t.i.k..

By Dee,

Beberapa hari lagi sebelum kehadiran mu, atau bahkan beberapa jam? aku tak persis tahu. Banyak yang ingin aku ucapkan, tapi sepertinya kau yang sudah tahu. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuh ku, tapi tetap saja, disini aku menanti kehadiran mu. Perjalanan mu kelak hanyalah dari perut ku menuju dekapan ku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia.


Saat kau tiba, aka tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda. Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.


Perjalanan mu, kata kau dulu adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir iru saja. Membolak balik koin yang sama. Menyebrangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita kini.


Kau datang dalam segala kegenapan mu. Kau datang, bahkan sudah dengan nama. Kau datang dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau akan sejenak lupa, begitu kata mu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyebrangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pinta mu. Aku memilih mu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sam alain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin.



Entah bagaimana harus aku mencintai mu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang akan mengajarkanku untuk mencintai mu lagi dari nol. Seolah kitatak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua "seolah" yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin dimana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.

Sembilan bulan ini mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang Ibu yang mengandung anak di rahim sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang Ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh dan hidupnya.


Terima kasih telah mengandungku, menempatkan ku dalm rimba amniotik dimana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untukberserah dan menerima apa pun yang aku persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang ku makan, menghirup udara yang kue endus, tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagi mu.


Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihan mu datang melalui aku. Untuk proses yang tak selalu mudah, tapi selalu indah.


Aku tak sabar untuk mengenal mu lagi. Lagi dan lagi.


Untuk sahabat yang tengah kukandung. Atisha

Friday, December 23, 2011



"no man can discover his own talents"


"ability is of little account without opportunity"


"the entrepreneur is essentially a visualizer and an actualizer..he can visualize something and when he visualizes it he sees exactly how to make happen"


"there is only one succes : to be able to spend your life in your own way"


"don't do it for the money you have got enough, much more than I'll ever need. Money is not an end in itself, but it's sometomes the most effective way to help us realize our dreams"


"if we don't change, we don't grow. if we don't grow, we aren't really living"


"it's not youe blue blood, your pedigree or your college degree.

it's what you do with your life that counts"


"neber believe that a few caring people can't change the world.

for, indeed, that's all who ever have"

..great book - great travelling spot..

By Gede Prama,


"tidak bisa dipungkiri, Cinta memang hadir menembus ruang dan waktu, sekaligus menembus kegelapan. Bila diibaratkan bunga mungkin ia satu-satunya bunga yang mekar tanpa bantuan sang musim. Di musim apapun ia pasti dan selalu berbunga. Keharumannya pun menembus ruang yang terjauh sekalipun...."


"senyuman adalah lengkungan yang bisa meluruskan semua nya..."


"kegelapan bisa menyembunyikan gunung, sungai, pohon, dll akan tetapi ia tidak bia menyembunyikan Cinta...."


"yang jelas segala bentuk kenikmatan yang datang dari luar - entah makanan, seks, harta, dll memerlukan kesiapan badan dan jiwa. Ditingkat yang tepat (tidak kurang tidak lebih), kenikmatan dari luar tadi menjadi sahabat. Di tingkatan yang tidak tepat - apalagi sangat berlebihan maka dia menjadi musuh yang sangat berbahaya"

Monday, December 5, 2011

..tidak.sesuai.eyd..

..me..

..baloon..



"junior said, this is baloons' ;o)

..m.a.d.r.e..great book - great story..



Sunday, December 4, 2011

..i love dad..




By Sieben,





Jumat, 15 Juli 2011


Di Jumat pagi, tiba-tiba ada petugas di apartment gue yang mengantar sepucuk surat. Sambil mengucapkan terima kasih, gue baca bagian depan amplop surat itu, tertulis nama lengkap gue, Raka Aditya. Tulisan tangan di amplop tersebut adalah tulisan papa yang gue kenal banget, tulisan miring gaya jaman dulu dan hampir mirip dengan tulisan teks proklamasi nya Bapak Soekarno. Begitu gue balik amplop nya dan benar tertulis nama pengirim nya adalah nama papa.
Sambil duduk di sofa ruang utama, gue buka surat itu, hanya satu lembar kertas dan isi nya singkat saja, papa hanya minta gue pulang karena dia mau bertemu.


Gue harus cerita sedikit tentang gue, sudah hampir 5 tahun gue meninggalkan kota Bandung dan tinggal di Surabaya. Gue bekerja sebagai Finance Consultant di salah satu lembaga keuangan. Selama 5 tahun ini gue memberanikan diri untuk meninggalkan kota Bandung karena ketidakcocokan gue sama papa. Papa orang nya sangat keras dan perbedaan pendapat antara gue dan papa yang akhirnya membuat gue meninggalkan rumah saat selesai kuliah. Mama sudah tiada sejak 4 tahun lalu, karena faktor kesehatan dan mungkin akibat dari ribut nya gue dan papa. Adik gue masih tinggal bersama papa saat ini dan menemani papa.


Perbedaan pendapat antara gue dan papa sebenarnya karena papa ingin gue sebagai anak tertua untuk meneruskan usaha papa di rental mobil nya, namun semenjak awak kuliah gue sama sekali tidak tertarik untuk terjun ke usaha papa. Akhirnya karena perbedaan pendapat itu, gue memilih kerja di background yang sesuai kuliah gue dan pindah ke kota lain.


Singkat cerita, papa mengharapkan agar gue bisa datang hari Sabtu besok. Ragu sekali gue untuk datang, terlebih sudah 5 tahun tidak pernah berkomunikasi dengan papa. “Apa ya yang papa ingin bicarakan ke gue?”


Baru aja mau siap-siap mandi untuk berangkat ke kantor terdengar pesan di bb gue masuk, adik gue Raisa menuliskan pesan kalau bisa Sabtu besok ke Jakarta karena papa mau ketemu. Langsung gue balas, “memang nya ada apa”? agak lama menunggu balasan Raisa, akhirnya gue mandi dan bersiap-siap.


Setelah sudah menuju kantor, baru gue buka lagi pesan di bb gue, Raisa hanya bilang, “papa sedang sakit keras dan sudah 3 minggu di rumah sakit”, kaget sekali gue mendengarnya, memang selama 5 tahun ini gue mohon bicara dengan papa, setiap telpon atau sms papa tidak pernah gue respon. Akhirnya gue balas ke Raisa, “ok, besok akan ke Bandung dengan pesawat jam 8 pagi”. Raisa membalas dengan memberitahukan nama rumah sakit, nama dan nomor kamar tempat papa di rawat.



Sabtu, 16 Juli 2011


Jam 12 tepat gue sudah berada di depan rumah sakit di area Pasteur, untungnya penerbangan tidak mengalami delay dan perjalanan dengan mobil travel lancar selama di Tol Cipularang. Antara ragu harus masuk ke rumah sakit dan tidak tapi akhirnya gue memilih tetap masuk ke pintu gerbang yang memiliki ornamen-ornamen gedung Belanda. Bangunan tua yang kurang terawat namun masih merupakan rumah sakit yang banyak dikunjungi oleh masyarakat.


Sedikit sekali petugas rumah sakit di hari Sabtu ini, selain itu juga bertepatan dengan jam makan siang karyawan dan waktu besuk pasien. Jadi lebih banyak keluarga pasien yang hilir mudik di hall dan lorong rumah sakit dibandingkan petugasnya.


Minimnya petunjuk arah nama dan nomor kamar pasien, membuat gue sedikit bingung, mau nanya juga gak ada petugas yang terlihat. Akhirnya gue sampai ke lorong rumah sakit yang agak lebih sedikit pengunjung pasien nya, sambil berjalan gue melihat ke kiri dan ke kanan untuk melihat nama dan nomor kamar.


Sesampai nya di ujung lorong, terdapat kamar di sebelah kiri yang kebetulan pintu nya terbuka, karena terbuka maka gue kesulitan untuk liat nomor kamarnya sehingga gue perlu mendekatkan diri ke arah pintu.


Saat sudah berdiri di depan pintu, gue liat nomor kamarnya berbeda dengan nomor kamar papa dan baru saja gue berbalik badan untuk meninggalkan kamar tersebut tiba-tiba terdengar suara panggilan dari arah dalam kamar, suara pria tua bercampur dengan batuknya, “Siapakah itu? masuk saja langsung ke dalam”.


Akhirnya gue masuk dan berdiri di depan pria tua yang telah memanggil gue. Itu bukan wajah papa, bukan badan papa. “wah salah kamar nih gue”, pikir gue dalam hati. Namun pria tua itu mempersilahkan gue duduk di sampaing tempat tidurnya. “Terima kasih sudah mau datang”, kata nya.


Ini sangat aneh, karena gue gak kenal pria tua ini dan saat itu gue langsung merasa kasihan dengan kondisinya, terdapat 1 botol infus dan 1 botol cairan merah yang disambungkan ke lengan kanan dan kirinya. Terdapat penopang pada bagian belakang kepalanya mungkin dikarenakan lama nya proses perawatan sehingga penopang ini dipasang. Mata nya tertutup dan hanya mulutnya saja yang lancar berbicara.


Pria tua ini berbicara mengenai sudah lama menunggu kedatangan anaknya, berbicara mengenai keluarganya yang sudah tidak mau menjenguknya dikarenakan sakit yang berkepanjangan dan beban biaya yang meningkat mahal. Pria tua ini bilang kalau sudah hampir 2 bulan berada di rumah sakit dan penyakitnya tak kunjung sembuh, putus asa rasanya mengalami sakit ini dan tidak adanya dukungandari keluarga. Satu-satunya yang dia harapkan datang adalah anak nya yang sudah berjanji akan datang namun belum terlihat sampai hari ini.


Hampir 2 jam gue hanya duduk di samping tempat tidur pria tua ini dengan menjawab , “iya dan iya begitu seterusnya”. Sepertinya pria tua ini senang sekali dapat meceritakan semua kisah hidupnya, kisah sakit nya, kisah cinta nya dengan keluarga dan kisah tidak sakit hati dengan keluarga nya yang menghindar saat penyakit nya lama dan tak kunjung sembuh.



Pria tua ini bercerita, bahwa tadi malam dia berdoa terus menerus kepada Tuhan agar membukakan jalan ke anak nya sehingga bisa datang hari ini. Pria tua ini juga bilang, dia berdoa sampai pagi agar diberikan jalan yang terbaik untuk dapat meringankan beban keluarga dari penyakitnya ini.



Tak terasa ada setetes air mata yang keluar dari mata gue mendengarkan cerita pria tua ini, tak terasa gue seperti dapat masuk dan ikut dalam cerita nya, dalam penderitaan nya dan dalam keikhlasan di doa-doa nya. Lama gue terdiam menahan tetesan air mata yang berikut agar tidak diketahui oleh pria tua ini. Namun sepertinya pria tua ini mendengar juga kesedihan gue dan bilang, “Terima kasih kamu mau datang dan mendengarkan saya, doa saya semalam telah dikabulkan oleh Tuhan, Tuhan telah mengirimkan seorang yang baik sebagai penganti kehadiran anak saya, semoga Tuhan membalaskan kebaikan kamu”. Gue hanya bisa bilang iya lagi dan terdiam karena tidak tahu harus berespon seperti apa dengan pria tua ini.


Keheningan di kamar ini akhirnya terpecahkan dengan masuknya seorang perawat ke kamar, rupa nya dia agak terlambat untuk mencek ke kamar-kamar pasien. “maaf mas, hari ini kebetulan yang bertugas hanya 3 orang untuk di area ini sehingga saya baru bisa ke kamar ini, sebentar saya cek Ayahanda mas ya”.


Sambil duduk, gue memperhatikan perawat tersebut merapikan peralatan infus dan tabung yang satunya lagi. Dengan gerakan sigap dan cekatan dia melakukan pemeriksaan denyut jantung dan mata pria tua itu, sepertinya dia sedang memastikan tanda-tanda kehidupan pria tua itu.


“Halo Dokter, pasien kamar 127 telah meninggal semua pengecekan telah saya lakukan dan denyut jantung nya telah berhenti, saya akan segera melakukan prosedur selanjutnya”, begitulah dia menyampaikan informasi melalui telepon di kamar ke Dokter jaga.



Lalu suster ini berbicara, “Mas, ayo ikut saya untuk menandatangani dokumen laporan ke Dokter jaga ya”, lalu gue menjelaskan kalau gue bukan anggota keluarga pria tua ini, kebetulan saja gue salah masuk kamar, lalu gue tunjukan catatan kecil pada kertas, nama dan nomor kamar papa. “oke kalau begitu, Mas keluar kamar langsung belok kiri dan kiri lagi karena kamarnya berada di balik kamar ini”, begitu penjelasan si suster.



Sambil megucapkan terima kasih, gue lalu bergegas bahkan tanpa gue sadari gue mendapatkan diri gue berlari, lari yang sangat kencang seperti tidak ingin kehilangan waktu untuk menemukan kamar papa, melihat papa yang telah terbaring selama 3 minggu dan minta maaf ke papa atas kesalahan gue.


Sesampainya di kamar papa, hanya adik gue Raisa yang ada dan kaget melihat gue datang berlari dan langsung berdiri di depan tempat tidur papa, mencium kening papa, mencium pipi kanan dan kiri papa, sambil memegang tangan kanan papa, gue cium tangan tersebut dan meminta maaf atas kesalahan gue, papa hanya tersenyum dan bilang, “papa juga minta maaf sama Raka ya”. Sejuk rasanya mendengarkan kata-kata papa, senang mendengarkan kata-kata papa setelah 5 tahun ini.



Minggu Siang, 17 Juli 2011


Siang ini gue berada di pemakaman papa bersama Raisa dan keluarga dekat. Papa telah meninggal semalam. Raisa bilang, “wajah papa tidak pernah seceria ini, senyum nya masih ada sampai saat dimasukan kedalam kuburnya, papa sengaja menunggu Kaka pulang dan baru bisa pulang menemui mama”. Mata gue bersimbah air mata, sedih sekali dalam 3 hari ini mengalami hal seperti ini, namun ada kebahagian yang masih ada di dalam hati gue, masih sempat bertemu papa dan minta maaf.


Terima kasih Tuhan telah dipertemukan dengan pria tua sehingga rasa berkecamuk di hati, rasa ego pada diri gue langsung luluh dan berkesempatan untuk menghabiskan waktu bersama papa semalam.


Rabu, 17 Agustus 2011


Satu bulan sejak meninggal nya papa, gue sudah tinggal di Bandung bersama Raisa dan melanjutkan usaha rental papa. Gue berjanji akan menjalankan usaha ini terus agar selalu ingat dengan papa dan mama

Saturday, December 3, 2011

..from dream 1 billion dollar''

By Merry Riana,


"saat gagal, kita jangan menyalahkan diri sendiri danharus berpikir logis untuk menganalisis penyebabnya. Saat sukses, seraplah energi keberhasilan itu untuk memberi apresiasi kepada diri sendiri bahwa kita memang mampu, kita berdaya dan kita hebat"


"dalam kondisi yang sulit kita tetap bisa mendapatkan peluang, kita harus optimis dan tidak menyerah pada keadaan, kepekaan kita pun harus terus tajam, sehingga kita bisa mengatur langkah-langkah yang berpotensi menguntungkan, ditengah situasi apa pun"


"tiada sukses yang datang dengan mudah, semu aharus diperjuangkan. kita bisa mencanangkan mimpi setinggi apa pun, itu tidak mustahil. bermimpilah, dan berharaplah itu jadi kenyataan. tapi yang pertama-tama harus dihidupkan dahulu, motivasi dan kesungguhan kita untuk bergerak"


"banyak gagal, banyak belajar. tapi coba terus dan coba terus. jangan patah semangat, yang penting kita tidak melakukan kesalahan yang sama. dari setiap kegagalan kita harus bisa mengambil pelajaran yang kemudian menjadi petunjuk bagi langkah-langkah selanjutnya"


"kita adalah sosok yang sangat mudah memberi kelonggaran pada diri sendiri. dalam keadaan letih, putus asa dan mulai kehilangan percaya diri, disiplin mudah sekali menjadi kendur. dalam keadaan beruntung, disiplin lebih mudah lagi kendur"

Thursday, December 1, 2011

..green.car..

..great book - great survival..


By Merry Riana,


Hidup

adalah suatu tantangan yang harus dihadapi

perjuangan yang harus dimenangkan

kesusahan yang harus diatasi

rahasia yang harus digali

tragedi yang harus dialami

kegembiraan yang harus disebarkan

cinta yang harus dinikmati

tugas yang harus dilaksanakan

romantika yang harus dirangkul

resiko yang harus diambil

lagu yang harus dinyanyikan

anugrah yang harus dipergunakan

impian yang harus diwujudkan

perjalanan yang harus diselesaikan

janji yang harus dipenuhi

kesempatan yang harus dipakai

persoalan yang harus dipecahkan

kesulitan yang harus dikalahkan

rahmat yang harus dipelihara dan dicintai

..money..people..books..

"spend your money on the things money can buy,

spend your time on the things money can't buy"


"two people can sleep in the same bed and still be alone when they close their eyes"


"if you only read the books that everyone else is reading,

you can only think what everyone else is thinking"