Thursday, September 24, 2009

King & Kiyosaki



Jauh sebelum teori kebebasan finansial yang ditulis oleh Robert. T. Kiyosaki dalam bukunya yang sangat terkenal “The Cash Flow Quadrant”, Lim Swie King telah menerapkan teori kebebasan finansial.

Setelah membaca kisah sukses dan perjalanan hidup atlet bulutangkis Indonesia, Lim Swie King dalam bukunya “Panggil Aku King”, ternyata sebagai atlet bukutangkis, King telah mempersiapkan masa depannya setelah masa kejayaannya menurun. Sebagai atlet bulu tangkis yang mengorbankan hidup nya untuk mencapai prestasi dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah perbulutangkisan, sebagian besar waktunya tentu dihabiskan untuk berlatih dan bertanding. Pendidikannya pun terpaksa dikorbankan untuk menjadi atlet yang terbaik.

Di dalam buku nya, King menceritakan jadwal latihan yang sangat padat dimulai sejak jam 06:30 sudah berangkat latihan fisik sampai dengan jam 09:00 lalu istirahat 1 jam dan langsung dilanjutkan latihan stroke dari jam 10:00 sampai 13:00.Sore harinya berlatih tanding mulai jam 16:00 sampai jam 19:00, hari Sabtu dan Minggu libur namun Sabtu pagi diisi dengan latihan fisik. Habis sudah seluruh waktu dijalani untuk selalu berlatih, ini belum diisi dengan jadwal tanding yang padat di berbagai kota dan negara.

Mengingat kehidupan sebagai atlet di Indonesia yang relatif belum mendapat perhatian, terlebih setelah usia emas atlet telah pudar, banyak kehidupan atlet yang menjadi suram. King menyadari sekali bahwa kejayaannya tentu akan berlalu seiring dengan usianya yang bertambah.

Berhemat dan Investasi

King bercerita bahwa dari setiap hadiah yang diperoleh dalam suatu kejuaraan selalu disimpan dan disiapkan dalam bentuk investasi tanah dan rumah. Tanah dan rumah ini merupakan fixed asset yang nantinya akan memberikan penghasilan tambahan setelah pensiun dari bulutangkis. Hal yang berbeda ternyata dilakukan oleh beberapa rekan atlet lainnya, dimana penggunaan hadiah uang tidak dilakukan dengan baik dan benar.

Investasi pertama yang dilakukan adalah membeli tanah seluas 600m2 di kawasan Permata Hijau pada tahun 1980an dari hadiah uang yang diterima. Lalu membangun rumah diatas tanah tersebut dengan cara menyicil dan mulai di tahun 1982, bangunan tersebut dikontrakan. Hal yang sama terus dilakukan yaitu menginvestasikan hasil hadiah uang dengan membeli tanah, membangun dan mengontrakan.

The Cash Flow Quadrant
Dalam teori kebebasan finansial Robert T Kiyosaki, kita harus mengetahui letak quadrant keadaan finasial kita dengan peta quadran “E”, “S”, “B” dan “I” :

“E” : employee (pegawai)
“S” : self-employed (pekerja lepas)
“B” : business owner (pemilik usaha)
“I” : investor (penanam modal)

“E” dan “S” yang mengandalkan gaji diletakkan di quadrant bagian kiri (lihat visualisasi quadrant), sedangkan “B” dan “I” yang menerima pemasukan dan bisnis atau investasi diletakkan di bagian kanan. Hampir kebanyakan orang menempati satu dari keempat Cashflow Quadrant dan kebanyakan dari kita menempati posisi sebelah kiri sebagai employee atau self-employee.

Persiapan dan Perubahan
Sebagai atlet bulutangkis, King masuk dalam katagori employee (“E”) dikarenakan menerima penghasilan rutin tiap bulan dan adakalanya menerima penghasilan uang dari turnamen yang dimenangkannya. King sendiri karena prestasinya yang sangat baik akhirnya dipercaya untuk dikontrak oleh Yonex baik saat menjadi pemain tunggal maupun pemain ganda.

King sangat menyadari bahwa usia emas nya akan tiba dan dia harus menyiapkan masa depan yang lebih baik Sehingga King melakukan persiapan dan perubahan dalam kebebasan finansial. Dari yang sebelumnya masuk dalam katagori employee (“E”) lalu berubah menjadi business owner (“B”) melalui investasi tanah dan rumah. Bahkan selanjutnya telah bergeser ke katagori investor (“I") saat ikut mengelola bisnis hotel, spa dan property.

Masa Suram Atlet
Beberapa atlet yang mengalami masa suram setelah masa kejayaannya adalah Rachman Kilikili yang merupakan mantan petinju tingkat amatir dan profesional yang ditemukan meninggal karena gantung diri setelah menderita stres tidak memperoleh pekerjaan setelah melewati masa kejayaannya (Harian Online, Kabari Indonesia, Maret 2007).
Mantan petinju lainnya, Ferry Moniaga yang merupakan juara Asia tahun 1980 dan sempat masuk 5 besar petinju terbaik di Olimpiade Munchen, Jerman juga mengalami hal yang sama.

Martha Kase, asal Kupang, Nusa Tenggara Timur merupakan atlet juara lari Sea Games 1987 yang harus bertahan hidup di Jakarta dengan berjualan minuman botol di sekitar Senayan untuk menghidupi keluarganya dan telah berkali-kali pindah dari area Plaza Barat, area Mesjid Al-Bana dan area Parkir Timur karena ada razia petugas.

Ellyas Pical yang merupakan juara tinju kelas Bantam Junior IBF juga mengalami masa suram dimana terlibat pemilikan pil ekstasi dan akhirnya mendekam di penjara.

Penghargaan dan Pemberdayaan
Mengingat penghargaan dan pemberdayaan negara terhadap atlet yang telah berprestasi relatif belum baik, maka atlet sendiri juga harus mempersiapkan diri selama berprestasi guna menghadapi masa setelah kejayaannya berakhir.

Lim Swie King adalah salah satu atlet yang benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua nya selepas pensiun menjadi atlet. Investasi yang dilakukan semasa jaya juga membantu menunjang penghasilan di masa pensiun dan tanpa disadarinya, King telah menerapkan dan menyiapkan kebebasan finansialnya sejak dini.

Semoga atlet Indonesia dapat belajar dan menyiapkan diri dengan lebih baik lagi.

Prestasi Lim Swie King

Finalis All England
:
1976, 1977, 1978, 1979, 1980, 1981 dan 1984 dan menjadi juara di tahun 1978, 1979 dan 1981.

Memperkuat Team Piala Thomas :
1976, 1979, 1982, 1984, 1986 dan 1988 dan juara di tahun 1976, 1979 dan 1984.

No comments:

Post a Comment