By Dee
Dari manakah kelahiran?
Bertahun lalu aku melihatnya
dalam tunas bambu muda
yang bergerak tinggi setiap hari
dan kini tak serupa lagi
ke manakah kelahiran?
kemarin aku mendengarnya
lewat gesekan daun bambu tua
yang terus bernyanyi untuk angin
hingga meranggas dalam bisu tak bergerak lagi
Di manakah kelahiran
Hari ini aku mengengamnya
lewat kering kuning daun bambu mati
yang ketat memeluk putih bulir ketan
sampai akhirnya terbelah pisau dan gigi
setiap hari raya tiba
Mau ke manakah kelahiran?
esok lusa aku menatapnya
dalam cabikan daun bambu dan ketan
ditelan tanah hitam
yang mengawinkan keduanya lagi
dalam hubungan tanpa hieraki
Masih adakah kelahiran?
aku hanya mampu mengenangnya
lewat jasad daun bambu yang menghadiahkan hara
demi gemburnya si pucuk muda
yang ingin tinggi
ingin menyanyi
hingga ranggas nanti
dan disini aku
raguku akan perubahan
gentarku akan kematian
pertanyaan sia-sia ku
pada rerimbun bambu yang tak pernah tetap
di manakah keabadian?
lewat daun bambu terakhir
dari batang bambu terakhir
yang tak berahasia
yang tak pernah merenung apa-apa
kuketahui jantung ini didegupkan kelahiran
perunahan
kematian
bersamaan
bergantian
tanpa jeda
tanpa tanya
bambu tahu
dalam setiap rupa
suara
jejak hidupnya
degup itulah satu alasan ia ada
sebagaimana semua
yang bersebab dan berakibat
termasuk bambu dan aku
No comments:
Post a Comment